#2019gantipresiden dan #jokowi2periode, kedua hashtag yang muncul di media sosial sejak masa menjelang kampanye itu bukan satu hal baru dimata kita. Selain kontroversial, hastag serupa ini pun diposting oleh banyak pendukung tiap kubunya sebagai bentuk kampaye dalam media sosial.
Hashtag merupakan tanda yang digunakan dalam media sosial untuk mengelompokan dan melabelkan postingan. Penggunaan hashtag ini sudah menjadi hal umum dan seperti hal wajib dalam postingan yang ada di media sosial untuk menyatakan keikutsertaan dalam sebuah postingan.
Kelaziman hashtag ini membuat perang hashtag pun dimulai, masing-masing pendukung bersiap mengadu kreativitas dalam menegakan kekuatannya. Teknologi yang berkembang seakan menjadi medan perang hashtag para pendukung.
Menariknya, masyarakat yang tadinya enggan berkomentar seputar politik, kini teknologi membuat masyarakat menjadi aktif di setiap bidang. Dari ikut komentar dan memposting ulang hashtag yang dibuat oleh creator sampai menciptakan hashtag sendiri.
Pemilu 2019 hanya tinggal mengitung hari, pasangan capres dan cawapres terlihat sibuk menyusun janji-janji yang hendak dipenuhi. media pun berlomba-lomba meliput dan melontarkan dukungan. Media yang kini dianggap kurang netral pun masih menunjukan taring dan kekuatannya dalam mengendalikan emosi masyarakat.
Pihak media pun memiliki hashtagnya masing-masing yang menunjukan ciri khas informasi pemilu media tersebut, sebagai contoh misalnya media kompas.com belakangan ini menonjolkan hashtag #kasihpilihan yang menjabarkan plus minus cawapres dalam masa kampanye seperti misalnya ketika debat capres antara omongan dengan fakta data disajikan.
Media lainnya seperti detik.com menonjolkan hashtag santai seperti #tahudaridetik yang mana menginformasikan segala hal yang berhubungan dengan pemilu maupun infrastruktur dan suprastruktur dengan mengandalkan kecepatannya.
Vivanews.co.id dengan hashtag #sukseskanpemilu2019 pun turut meramaikan hashtag yang merangkai pemilu 2019 ini. Liputan6.com pun memiliki hashtag andalan #debatpilpressliputan6.
Hashtag merupakan tanda yang digunakan dalam media sosial untuk mengelompokan dan melabelkan postingan. Penggunaan hashtag ini sudah menjadi hal umum dan seperti hal wajib dalam postingan yang ada di media sosial untuk menyatakan keikutsertaan dalam sebuah postingan.
Kelaziman hashtag ini membuat perang hashtag pun dimulai, masing-masing pendukung bersiap mengadu kreativitas dalam menegakan kekuatannya. Teknologi yang berkembang seakan menjadi medan perang hashtag para pendukung.
Menariknya, masyarakat yang tadinya enggan berkomentar seputar politik, kini teknologi membuat masyarakat menjadi aktif di setiap bidang. Dari ikut komentar dan memposting ulang hashtag yang dibuat oleh creator sampai menciptakan hashtag sendiri.
Pemilu 2019 hanya tinggal mengitung hari, pasangan capres dan cawapres terlihat sibuk menyusun janji-janji yang hendak dipenuhi. media pun berlomba-lomba meliput dan melontarkan dukungan. Media yang kini dianggap kurang netral pun masih menunjukan taring dan kekuatannya dalam mengendalikan emosi masyarakat.
Pihak media pun memiliki hashtagnya masing-masing yang menunjukan ciri khas informasi pemilu media tersebut, sebagai contoh misalnya media kompas.com belakangan ini menonjolkan hashtag #kasihpilihan yang menjabarkan plus minus cawapres dalam masa kampanye seperti misalnya ketika debat capres antara omongan dengan fakta data disajikan.
Media lainnya seperti detik.com menonjolkan hashtag santai seperti #tahudaridetik yang mana menginformasikan segala hal yang berhubungan dengan pemilu maupun infrastruktur dan suprastruktur dengan mengandalkan kecepatannya.
Vivanews.co.id dengan hashtag #sukseskanpemilu2019 pun turut meramaikan hashtag yang merangkai pemilu 2019 ini. Liputan6.com pun memiliki hashtag andalan #debatpilpressliputan6.
Tak kalah dengan media, para pemilih pun berbondong-bondong menyaksikan tanding debat seru di media kesayangannya. Serunya eksistensi semua pihak dalam kampanye ini pun turut disuarakan di media sosial baik oleh pihak media, maupun netizen.
Para netizen pun punya banyak hashtag yang dipakai untuk menyuarakan, dan hashtag ini ternyata jauh lebih populer dibanding hashtag yang dilontarkan oleh para media dalam pemberitaan pemilu 2019.
Sebagai contoh selepas debat pemilu muncul hastag yang mulai terkesan pedas dan sedikit memancing pertempuran yang lebih panas seperti #02gagapunicorn dikarenakan pertanyaan yang sempat dilontarkan Bpk Prabowo ketika debat (*untuk yang belum tau unicorn adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perusahaan start up yang saat ini sedang berkembang). Bahkan ada yang mengomentari Bapak Jokowi dengan hashtag #earphonejokowi yang diduga merupakan alat bantu dalam debat capres kedua.
Para netizen pun punya banyak hashtag yang dipakai untuk menyuarakan, dan hashtag ini ternyata jauh lebih populer dibanding hashtag yang dilontarkan oleh para media dalam pemberitaan pemilu 2019.
Sebagai contoh selepas debat pemilu muncul hastag yang mulai terkesan pedas dan sedikit memancing pertempuran yang lebih panas seperti #02gagapunicorn dikarenakan pertanyaan yang sempat dilontarkan Bpk Prabowo ketika debat (*untuk yang belum tau unicorn adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perusahaan start up yang saat ini sedang berkembang). Bahkan ada yang mengomentari Bapak Jokowi dengan hashtag #earphonejokowi yang diduga merupakan alat bantu dalam debat capres kedua.
Pasca debat pemilu masih berlanjut hashtag pioneer #debatpilpres2019 #debatcapres2019 yang kemudian diwarnai dengan hashtag pedas seperti #sandiwarauno #UninstallJokowi #shutdownjokowi dan masih banyak lagi, hashtag ini pun diikuti dengan munculnya meme yang turut meramaikan.
Hashtag para netizen biasanya memiliki bahasa santai yang menunjukan emosi dari para pembuatnya, mereka juga tak melulu dibayar untuk memposting semua hal tersebut. Kreatifitas perlawanan pun bertebaran seperti #2019prabowopresiden yang ditampik dengan hashtag #2019tetapjokowi.
Tak jarang juga banyak yang sampai saling emosi karena hashtag ini. Menariknya, hashtag ini seperti dibuat oleh orang yang cukup cerdas memainkan emosi para netizen, bagaimana tidak, postingan hashtag ini mencapai jutaan.
Banyaknya hashtag bertebaran ini menandakan demokrasi di Indonesia kini semakin jelas terlihat, namun alangkah baiknya apabila suara yang ingin kita berikan dinyatakan dengan cara yang positif dan cerdas, tak perlu sampai mengulik kesalahan orang yang ujung-ujungnya akan menjadi pembulian secara tak sadar.
Cara yang dilakukan tim siber masing-masing kubu semakin bervariasi, dari dukungan resmi sampai ke cara pedas seperti yang disampaikan itu tentunya bukan merupakan sesuatu yang harus disebarkan masyarakat Indonesia.
Hashtag sejuk berupa guyonan turut dituangkan untuk menyejukan suasana perang hashtag ini seperti ada hal menarik yang mengocok perut, yaitu munculnya pasangan capres baru Nurhadi dan Aldo dengan julukan "Dildo" yang mana meme mereka beredar dan ikut meramaikan keseruan pemilu 2019 ini.
Pasangan ini marak dengan hashtagnya #quotesnurhadi yang tentunya memiliki banyak kalimat menarik seperti misalnya "sebagai pasangan capres saya tak bisa janji, saya jalani dulu saja mana tau cocok", kalau mereka bisa, kenapa harus kita", "lebih baik gaji besar asal halal daripada gaji kecil tapi halal", "dimana ada kelebihan, disitu ada kembalian" dan masih banyak lagi.
Pasangan Nurhadi Aldo merupakan capres fiktif nomor 10 yang berprofesi sebagai tukang pijat. Gambar dan nama pasangan ini dibuat sekelompok kawanan anak muda untuk menghibur dan menyegarkan situasi perang hashtag.
Sebagai generasi yang budiman alangkah baiknya kita bisa menyebarkan hashtag cerdas ketimbang hashtag pedas, tentunya pemilu memang menentukan nasib bangsa Indonesia, namun bukan berarti kita menjadi pendukung yang buta arah.
Buka hati dan buka pikiran, tetap menjadi bangsa yang satu, bangsa Indonesia. Karena kalau bukan kita yang memulai, siapa lagi yang bisa menjaga keutuhan NKRI yang dijaga bertahun-tahun. Alangkah baiknya kita bisa memulai pikiran positif dan menjadi netizen dengan komentar dan hashtag cerdas.
Siapapun presidennya, betul bahwa kita tetap perlu membayar cicilan dan hutang kita, kita tetap harus bekerja dan kita tetap menjadi bangsa Indonesia yang sama.
Namun tetap harus dipertimbangkan infrakstruktur di tangan pemerintah kita haruslah dipimpin oleh pemimpin yang tepat dan didukung oleh pendukung yang bermartabat juga. Jadi apa hashtagmu? 🙂
*Tulisan ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah media online, apabila ada kesalahan atau menyinggung, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Tiada maksud menyindir pihak manapun. Namun semoga tetap berguna. Terima kasih.
Comments
Post a Comment